Oke mari kita mulai aja cerita betapa saya sangat mengidolakan wanita yang multitalenta ini.
Liat gambar di atas, itu adalah tujuh buku yang telah ditulis oleh Dee yang semuanya sudah saya miliki. Dua diantaranya ada tanda tangan aseli dari doi yaitu buku Supernova: Petir dan Filosofi Kopi. Tanda tangan itu saya dapatkan ketika Dee diundang toko buku ternama di Malang dalam bedah buku Filosofi Kopi.
Saya sendiri awalnya tidak tahu ada acara tersebut, untunglah teman kerja yang tahu betul kalau saya sangat mengidolakan Dee memberitahu saya tentang bedah buku itu. Tentu saja saya sangat senang sekali, inilah kesempatan bagi saya untuk bertemu langsung dengan Dee.
Namun masalahnya adalah, acara bedah buku itu dilaksanakan jam satu siang yang mana itu masih termasuk jam kerja. Saat itu saya masih ditempatkan di bagian fotokopi, dimana kami tidak boleh sembarangan meninggalkan tempat kerja kecuali untuk istirahat atau ada keperluan yang benar-benar penting.
Setelah sempat down dan desperates, temen saya memberi ide agar saya minta ijin pulang terlebih dahulu dengan alasan sakit.
Akhirnya dengan memasang muka melas yang emang udah dari sononya itu, saya minta ijin untuk pulang lebih awal. Untunglaaah, atasan saya percaya dan tidak menaruh curiga sama sekali. Saya pun langsung cabut dari perpus menuju toko buku tersebut. Rasanya senang sekali, impian untuk bertemu idola akan segera terwujud.
Ketika sampai di toko buku, ternyata suasananya sudah cukup ramai. Setelah menitipkan tas saya segera menuju lantai dua, tempat acara itu akan berlangsung. Sebuah sofa kec sedang ditaruh di bagian tengah toko, dugaan saya itu pasti tempat Dee akan duduk nanti. Saya lalu menuju rak terdekat untuk sekedar melihat-lihat buku yang ada. Perasaan di dalam hati mendadak jadi campur aduk, antara senang dan grogi gitu. Rasanya seperti menunggu gebetan, bolak-balik saya melihat jam di hape trus juga melihat ke arah sofa, kali-kali aja Dee udah duduk di sana.
Saya pun tidak sadar semakin jauh dari sofa, bukan karena keasyikan membaca buku namun rasa grogi yang semakin menguasai diri ini membuat saya ingin menjauh dulu untuk menenangkan diri.
Selang beberapa waktu kemudian, secara tak sengaja mata saya menangkap seorang wanita berambut pendek di kejauhan sana yang menjadi pusat perhatian para pengunjung toko.
Dalam hati saya bertanya-tanya: Apakah itu Dee?
Saya lalu mencoba mendekat dan semakin lama saya semakin yakin kalau wanita itu memang Dee. Dengan santai dan penuh keangunan, Dee berjalan melihat-lihat buku. Beberapa orang dengan sopan meminta ijin untuk foto bersama dan Dee melayaninya dengan penuh keramahan.
Di dalam hati muncul pertanyaan lagi: Ikutan foto bareng nggak ya? Duh gimana neh, makin grogi aja.
Setelah mengumpulkan keberanian dan kenekatan, saya lalu berjalan mendekati Dee. Sumpah ya, kaki ini rasanya berat dan gemetaran gitu. Umpama diukur gitu, mungkin groginya udah level sepuluh.
“Mbak, boleh foto bareng juga?” tanya saya dengan suara yang saya yakin pasti kedengeran banget groginya.
Saya lalu meminta tolong pada fans yang lain yang baru saja foto untuk memotret kami. Masih dengan rasa grogi yang sudah mulai berkurang, saya lalu berdiri di samping Dee. Sayang beribu sayang, orang yang motret saya itu keliru memencet opsi fotonya sehingga hasil foto saya bersama Dee kecil banget. Aaarrrghhh, rasanya kecewa gitu. Mau minta foto bareng lagi nggak bisa karena Dee udah keburu dihampiri oleh pihak toko buku untuk memulai acara bedah bukunya.
Sepanjang acara saya hanya bisa menatap dan mendengar dengan penuh kekaguman saat Dee memperkenalkan buku Filosofi Kopi. Dee sangat mempesona saya, paduan yang yang sempurna antara wajah yang cantik dan otak yang cerdas. Ketika sesi tanya jawab, rasa grogi tidak kunjung hilang sehingga saya tidak punya nyali untuk ikutan bertanya. Padahal saya punya satu pertanyaan untuk Dee, yaitu berkaitan dengan perpindahan agama Dee dari Katholik ke Budha. Kekhawatiran bahwa pertanyaan itu terlalu personal membuat saya ciut saja. Dan sampai acara selesai saya hanya mampu diam berdiri mengagumi Dee.
Ketika sesi booksign, rasa grogi sudah mulai hilang dan saya berani ikut mendekat. Berhubung saya belum punya buku Filkop, saya lalu membelinya terlebih dahulu. Saya sebenarnya membawa buku Petir namun tidak berani membawanya masuk karena takut dikira ntar saya membawa buku milik toko. Lugu banget deh pokoknya.
Karena begitu banyaknya orang maka kami harus sabar mengantri. Kesempatan itu tidak saya sia-siakan untuk mengambil gambar Dee saat menandatangani buku.
Masih ingat betul saya ketika Dee menanyakan nama yang ingin ditulis di buku yang saya bawa. Dengan mantap saya jawab: IHWAN.
Rasanya bahagia banget saat melihat tanda tangan asli Dee di buku yang barusan saya beli itu. Gara-gara melihat seorang pengunjung membawa buku-buku Dee yang lain untuk ditanda tangani, saya segera bergegas menuju ke tempat penitipan tas. Dan ternyata diperbolehkan kok sama penjaga tasnya untuk membawa masuk buku dari luar *tepok jidat*. Untunglah saya masih kebagian waktu sehingga buku Petir yang sudah agak kusam kertasnya itu ditanda tangani juga oleh Dee.
Pencapaian lainnya yang juga tidak kalah hebatnya bagi saya adalah ketika tweet saya di Twitter dibalas oleh Dee. Waktu itu saya baru saja menerbitkan buku kedua, Partisi Hati. Berbekal persamaan bahwa sama-sama menerbitkan buku secara indie, saya mencoba bertanya pada Dee tentang tips sukses memasarkan buku indie.
Siapa yang menyangka, seorang Dee yang followernya ratusan itu mau membalas tweet saya. Mata ini rasanya tak percaya ketika melihat ID saya dimention oleh Dee, bahkan tanya jawab itu tidak hanya berlangsung sekali. Dee melayani hingga tiga pertanyaan dan yang pasti saya puas banget dengan jawaban-jawaban yang dia berikan.
Sayang saya dulu tidak kepikiran untuk menyimpan percakapan kami di twitter tersebut, padahal kan bisa buat kenang-kenangan atau dipamerin sama orang yang tweetnya sampai saat ini belum dibalas-balas sama idolanya wekekekeke. *dijitak Dani*
Keinginan lain yang sampai saat ini belum terwujud adalah saya ingin karya saya dibaca oleh Dee. Meski hanya sekedar dibaca aja saya udah senang kok, karena dialah salah satu orang yang menginspirasi saya untuk berani terjun di dunia kepenulisan. Apalagi kalau sampai diberi kritik dan masukan, waaah saya sangat senang sekali.
Pernah saya mencoba menghubungi nomer yang saya dapatkan di blog suaminya yaitu Reza Gunawan, yang membuka semacam pelatihan di klinik kesehatan tenaga holistik milikna. Siapa tahu saya bisa meminta alamat rumah mereka untuk saya kirimin novel saya. Saya lalu pura-puranya pengin ikutan pelatihan tersebut, setelah nanya ini itu eh ternyata itu nomer bukan miliknya Mas Reza. Melainkan milik sekretarisnya! Gagal deh misi saya tersebut.
Kalau dipikir-pikir sih, umpama itu bener nomernya Mas Reza, belum tentu juga saya bisa dapat alamat rumah mereka. Mas Reza pasti berpikir seribu kali untuk memberikan alamat pada saya yang notabene orang asing dan kenalnya di internet, apalagi kalau tahu saya fans berat istrinya. Berasa jadi fans psycho aja saya saat itu
Satu hal yang selalu saya kagumi dan ingin saya miliki adalah kemampuan Dee mengangkat tema-tema kecil menjadi suatu karya yang berbobot dengan cara bertutur yang sederhana namun tetap berkualitas tinggi. Semoga di karya selanjutnya saya bisa seperti itu.
Meski Dee bukan public figure yang menjadi idola pertama saya namun malaikat juga tahu dialah idola saya nomer satu saat ini.
(masih) diikutkan dalam lombanya Echan :))
awalan
titip lapake yo Mus, aku kate muleh 😀
Owh ternyata nama aslinya dewi lestari.
Insyaallah..
Haiiis.. kereennnn… udah ketemu idolaaa… tenang dah mbak dani… ada yang senasib *nunjuk diri sendiri*Betewe om… aku gemes deh liat background MP mu yang berantakan… jadi pengen gak perbaikiiiiii XD
hahaha itu fotonya, kamu kok di belakang gitu.. macam satpam toko bukunya aja…
Kalau misal kirim DM di twitter minta alamat dan ngejelasin mau kirim buku gtu bisa gak?
wan, aku juga pernah twitku dibalas sama Armand Maulana.. malahan bukan di RT atau reply, tapi di Direct Message, lebih private itu, hehehe
Wan, gw dong ngobrol ma tante Jupe :)))Sy keknya ga jodoh dgn karya2 dee. Hanya 1 yg sy baca tuntas. Cuma perahu kertas saja 😐
kok bisa bim? lo dia DM lo Bim? *ditabok yg punya lapak*
waaa…dapet foto bareng dan tanda tangan pula….senang bgt pastinya ya..
tulisan idolnya yg ini bagus wan.. 🙂
Weew…mensyen yaaa??– gigit akun tuiter–
dee baik ya mau ladeni gitu.. ramah pula.. senang deh ihwan ketemu idolanya..
semoga tercapai keinginannya wan 🙂
Asli ngekek liat poto sama Dee.Mas banget kalau pertama ketemu 😛
keliatan gemukan yoa pas di poto sama deeato cuma efek blur aja 😀
yoii, kok kamu ketinggalan jaman terus sih Mus 😀
emang idolamu siapa Nin? ceritain juga dong.ajarin Nin buat memperbaikinya, ya ya ya? he3
kempruttt, mana ada satpam seganteng itu. bodyguard kan masih mendingan 😀
Dee kan ga follow aku jadi aku ga bisa DM doi.
aah enakan dimention, diliatin banyak orang tweetnya 😛
Oh yaaa, kamu mau oplas juga Cha? :))
enakan dimention, semua orang tahu n liat 😛
bangetttt Mbak, moga bisa ketemu lagi biar bisa foto yang lebih bagus 😀
Makasih Nit.Echaaan, look this coment 😀
iya Dan, DI-MENTION.*capslock rusak*
pastinyaaa Mbak, seneng campur grogi.
aamiin, makasih Mas.
emang dulu pas kita ketemu pertama kali aku gitu? ga deh 😀
ini mau muji aja kok ga ikhlas yooo.
kekekekekekeke..ayooo galakkan makan :))
hu’um…malu-malu[in] pastinya*kaburrrr
sampun Mbak, kalo malam gitu laper-laper yo mangan tapi binun kemana larinya itu makanan 😀
iih sok tau :Pdah ah, balik ke fokus utama, bahas Dee aja.
Jadi…gw perlu setor satu lagi nampaknya….*yang pernah gw idolain ngacuuuuuuuuuuuung!!*
wekekekeke benar-benar persaingan yang ketat dan singset :P*angkat tangan tinggi-tinggi :D*
akhirnyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa….aku juga dulu pertama kali ketemu Dee di acara bedah buku di kampusku, waktu itu masih sama Marcell, dan mereka ramaaahhh sekalii… hehehehe
wuaah kebayang deh deg-deg annya.. aku juga pas ketemu eross kaya gitu! :))
teruskan perjuangan lo Daaaaaaaaaaaaaaannnnn!!!!!!!!!!!!!!!!
kalo pas di malang itu sama Marcell Jr alias si Keenan, lucu n rambutnya kriwil-kriwil gitu kayak bapaknya.
suka juga ama karya2nya…
tulis-tulis…!!
ga usah dikomporin dia udah semangat 45 kok Chan :))
aku hny baca yang seri supernova , abis gitu dah jrg baca novel. pengen sih, cuma bbrp wkt belakangan, pengen baca yg lbh ringan sprt karya clara ng, tulisan dee lbh rada berat soalnye .
aku sekalinya liat Keenan pas dia nemenin babenya nyanyi gitu, aduuuhh lucu bangeeeeeeeeeetttt
soalnya terlihat ditulis dari hati 😉
idola ku ituuuuuhhhh… kalo dari indonesia “Opie Andarestaaaaaaa” Mantaaaaaaaaaabbbss… ini lagi nulis, ikutan lomba :))Okeeehhh… ntar aku kasiin scriptnya yah 😀
Makasih lagi ;-)Echaan, catettttt hihihi
ditunggu tulisannya Nin.makasih yoo, kirim via email a?
Yup… ini udah selese.. langsung di coba yaw.. aku kirim via email sekarang 😀
email ne lemod om… yahoo baru berat banget… itu udah terkirim ke email gmail nya 😀
CSS nya udah aku kirim yang baru om… tapi itu gambarnya om kayaknya kekecilan… hehehe… tapi coba dulu deh yang itu… masalah gedein gambarnya mah gampang ntar 🙂
Siiip, udah bagus kok gini. Makasih sekali lagi ya Nin.
bener nih gak perlu di besarin gambarnya biar keliatan phoenix nya?? hehehe :DSami2 om.. senang bisa mbantu ^^
eh iya, jadi ga keliatan phoenix-nya, boleh deh kalo dibenerin he3*labilkumat*
Hahahhaa… kalo aku bikin phoenixnya double kanan kiri gimana?? 😀
boleh-boleh, ditunggu he3
belum pernah ketemu nih ama ini orang…
samperin gih di bandung, deket juga 😀
waktu tu pernah liat sekilas di gramed matraman, lagi rilis buku apaaa gitu…rame beud
kalo gue bisa tukeran tempat sama elo, pasti gue mampir Di.
ga cocok. itu satpam lagi off kerja 😀
beneran di DM
itu mah biasa, DM yang luar biasa 🙂
nih buktinya 🙂
*terpanggil**melengos*
kecil, ga bisa kebaca.*abaikan :D*
diklik dong biar besar
udah tapi kok larinya malah ke tabs blogku?
eror kali ya. aku juga ngeklik ga bisa
:)))makanya jangan suka pamer 😛
ihiyyy menang kaaan.. selamat ^^
makasih Nit.