Cerita ini merupakan lanjutan dari cerpen fantasi: Fairus, Si Gadis Sukerta yang menjadi pemenang keempat dalam lomba Cerpen Fiksi Fantasi 2012 by Ninelights Production.

Bel tanda istirahat berbunyi, semua murid yang sedang mengikuti pelajaran langsung bersorak gembira mendengarnya, terutama anak-anak murid kelas tiga. Pelajaran matematika yang diajarkan oleh Ibu Susiana hari itu memang cukup sulit mereka cerna, sampai-sampai membuat Ibu Susiana yang terkenal sabar itu kehilangan kesabarannya. Baru kali ini dia merasa ikut lega juga mendengar bunyi bel tanda istirahat, rasanya dia tidak sanggup berlama-lama lagi di dalam kelas ini. Pusing dan jengkel mendapati bahwa hampir semua anak didiknya tak mampu menerima materi yang diajarkan dengan baik. Untung ada Fairus, satu-satunya murid yang mampu menangkap materinya tadi, setidaknya hal itu menjadi penghibur dirinya. Gadis berambut keriting itu memang termasuk anak paling cerdas di kelasnya. Mungkin cara mengajarku yang harus dibenahi, batin Bu Susiana berusaha introspeksi diri. Setelah mengemas semua buku-buku panduan mengajarnya, dia meninggalkan ruang kelas tiga.

Murid-murid kelas tiga langsung berhamburan keluar, sebagian besar langsung menuju kantin sekolah, sisanya memilih ke lapangan sekolah dimana sudah banyak anak-anak yang bermain di sana. Di kelas sendiri tinggal tiga orang anak, salah satunya Fairus.

“Fay, kamu kok pintar banget sih, bisa ngerti pelajarannya tadi. Ajarin aku dooong..” ucap Igo, bocah tambun yang duduk di belakangnya.
“Gampang kok sebenarnya, iya nanti aku ajarin.”
“Aku juga ya Fay,” Sarita, temen sebangkunya, tak mau kalah.
“Iya-iya, kalian berdua aku ajarin tapi sebelumnya tutup dulu pintu kelasnya.”
“Emang belajarnya sekarang? Trus kenapa pintunya harus ditutup segala?” Tanya Igo keheranan.
“Iya sekarang aja, mumpung aku masih ingat semua pelajarannya tadi. Ya biar nggak ada yang ganggu atau ikutan nimbrung belajar, kalian pasti pengin juga kan jadi murid kesayangan Bu Susiana seperti aku?”
“Ya mau doong, Go cepetan tutup pintunya!” seru Sarita setengah memerintah.
Fairus tersenyum penuh arti, ternyata mudah sekali membodohi kedua temannya ini.

“Sebelum aku ajari, aku pengin ngenalin kalian sama temenku. Dia ini yang selama ini membantuku belajar, makanya aku bisa mengerti semua pelajaran dengan mudah. Tapi kalian harus janji ya, nggak boleh teriak-teriak kalau melihatnya soalnya temenku ini bukan temen biasa.”
“Aduh Fairus kamu jangan aneh-aneh deh, emang temenmu itu siapa? Kok pakai bilang bukan temen biasa.”
“Janji dulu, kalian nggak boleh teriak, nanti yang lain bisa tahu.”
“Iya-iya janji, ayo cepatan suruh ke sini temenmu itu,” Igo yang nggak sabaran menoleh ke arah pintu kelas. “Mana, kok nggak ada temenmu itu?”
“Dia udah ada di sini kok,”
“Di dalam kelas? Mana? Di sini hanya kita bertiga Fay, kamu jangan nakut-nakutin dong.”
Fairus tertawa cekikikan mendengar ucapan Sarita yang memang penakut itu.
“Ini lho temenku..!!” Fairus mengeluarkan Raras dari dalam tas ranselnya.
“Whuaaa, apaan tuh Fay?!” seru Igo dan Sarita berbarengan sambil menjauh. Mereka nampak sangat terkejut sekali melihat seekor hewan yang berada dalam genggaman tangan Fairus.
“Ini cerpelai, namanya Raras. Kalian jangan takut, dia nggak menggigit kok. Sini deh mendekat, coba kalian belai-belai dia. Bulunya halus banget.”
Igo memberanikan diri untuk maju, terdorong oleh egonya sebagai seorang anak laki-laki yang tidak mau terlihat penakut di depan dua orang teman perempuannya. Meski agak ragu, Igo mulai membelai badan Raras yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Yang dibelai-belai nampak keasyikan dan mengendus-endus manja tangan Igo. Igo sedikit terlonjak, kuatir hewan mungil itu akan menggigitnya.
“Jangan kuatir, dia sudah jinak kok.”
“Iya bener..” Igo tertawa geli merasakan tangannya diendus-endus Raras. “Sari, ke sini, hewan ini nggak menggigit kok.”
Sarita yang sedari tadi berdiri menjauh memberanikan diri untuk ikut mendekat.
“Beneran nggak menggigit?”
“Iyaa, takut banget sih. Liat neh, Igo malah keasyikan belai-belainya.”
Sarita mencoba membelai-belai Raras dengan penuh kehati-hatian, raut wajahnya yang sedikit ketakutan dan tegang langsung mencair saat telapak tangannya bersentuhan dengan bulu lembut Raras.
“Iya, lembut banget, kamu beli dimana Fay?”
“Aku nggak beli kok tapi nemu di pasar malam tadi malam.”
“Wah beruntung sekali kamu Fay, aku juga mau kalau punya hewan peliharaan seimut Raras gini.”
Fairus tersenyum senang melihat dua temannya tidak ketakutan lagi bahkan langsung menyukai Raras. Sepintas Fairus melirik ke arah jendela, diikuti oleh Raras. Tidak ada siapa-siapa di sana. Mereka berdua saling berpandangan sekejab. “Sudah aman, sekarang saatnya memangsa mereka Tuan,” Raras berbicara pada Fairus melalui telepati.
“Tidaak, aku tidak bisa melakukannya!”
“Kenapa?”
“Mereka berdua temanku, Raras..!!”

Mendadak Fairus menarik Raras, membuat Igo dan Sarita sedang asyik memain-mainkan ekor Raras keheranan. Dengan cepat dia membawa Raras pergi dari hadapan mereka.
“Mau kemana Fay?” tanya Igo.
“Ke toilet, Raras mau pipis!” jawab Fairus singkat sambil membuka pintu dan keluar dari kelas. Meninggalkan kedua temannya yang masih bengong keheranan, bagaimana bisa Fairus tahu kalau cerpelai itu kebelet pipis.

***


Sepulang sekolah Igo dan Sarita menagih janji Fairus untuk mengajari mereka pelajaran matematika yang tertunda saat istirahat tadi, Fairus menyanggupi mereka esok harinya karena dia mendadak tidak enak badan dan ingin segera pulang. Meski agak kecewa namun Igo dan Sarita mau mengerti karena memang Fairus terlihat agak lesu.

***


Aida menyambut kedatangan suaminya di depan pintu. Diciumnya tangan kanan Firman, dengan cekatan dia mengambil alih tas kerja yang berada di tangan kiri. Di sms tadi Aida meminta Firman pulang agak cepat karena dia mencemaskan keadaan Fairus yang terlihat lesu dan pucat sepulang sekolah tadi siang.

Khawatir terjadi apa-apa, Firman langsung menuju kamar buah hati kesayangannya itu. Dengan pelan, dia membuka pintu kamar yang berhiaskan flannel Shaun The Sheep, ada nama Fairus yang tertulis di bawahnya. Ketika pintu dibuka, Firman melihat putrinya itu sedang tidur membelakangi pintu. Firman masuk, diikuti kemudian oleh Aida.
Dengan lembut Firman membelai rambut Fairus yang keriting, sama seperti rambut Aida. Masih dengan penuh kelembutan dia mencoba membangunkan putrinya dengan mengusap-usap pipinya yang agak chubby itu. Firman nampak terkejut karena pipi Fairus terasa begitu dingin. Dia memberitahu Aida dan menyuruhnya untuk merasakannya sendiri, betapa dinginnya pipi Fairus.

“Fay, bangun nak, kamu kenapa?” Tanya Aida panik sambil mengguncang-guncangkan tubuh putrinya.
Fairus menggeliat, merasakan kehangatan yang mendadak membelai pipi dan goncangan di pundaknya. Perlahan kelopak matanyapun membuka. Masih dengan separuh kesadaran, dia menatap kedua orangtuanya. Pandangannya begitu sayu, seperti tak ada semangat dalam dirinya.
“Fay tadi habis ngapain di sekolah, kok badannya jadi dingin sekali seperti ini?”
Fairus hanya menggeleng kecil, membuat kedua orang tuanya makin khawatir.
“Tadi siang Ibu sudah ngasih obat apa belum?”
“Udah, tadi siang itu agak hangat badannya, trus Ibu kasih obat penurun panas. Tapi sekarang kok malah dingin banget badannya, mana pucat banget wajahnya. Ki
ta bawa ke rumah sakit aja Yah, Ibu kuatir Fairus kena virus atau apa di sekolahnya tadi.”
“Ibu jangan berlebihan seperti itu ah, pakai nyebut virus-virus segala. Ya udah Ibu bawa pakaian ganti seperlunya buat Fairus, buat jaga-jaga kalau disuruh ngamar. Ayah gendong dia ke mobil sekarang.”

***


Dokter Yunita memeriksa Fairus dengan seksama di ruang UGD. Sesekali keningnya berkerut-kerut saat stetoskopnya dia arahkan ke beberapa bagian tubuh Fairus. Sementara itu Firman dan Aida melihatnya dengan penuh kecemasan. Untung jalan raya tadi tidak begitu padat sehingga mereka bisa sampai di rumah sakit dalam waktu yang relatif cepat.

“Bagaimana Dok kondisi putri kami?”
Dokter Yunita tak langsung menjawab, dia menarik nafas dulu sambil melepaskan stetoskop dari kedua telinganya.
“Agak aneh, tekanan darahnya normal, pernafasan dan detak jantungnya juga bagus, tapi kelihatan lemas dan suhu badannya rendah sekali. Jujur saja, baru kali ini saya menemui kasus seperti ini. Mau tidak mau putri bapak dan ibu harus menjalani rawat inap, kita liat kondisinya sampai nanti malam. Semoga dengan bantuan cairan infus kondisinya bisa membaik.”
“Baiklah Dok, lakukan apa saja yang terbaik asalkan putri kami bisa sehat kembali.”
“Pasti Bu,” Dokter Yunita tersenyum penuh simpati, dia bisa merasakan kekhawatiran yang dialami kedua orang tua pasiennya tersebut. Dia lalu memberi instruksi kepada para suster untuk segera membawa Fairus ke kamar perawatan.

*****

About Mr. Moz

Berjiwa muda dan semangat dalam berkarya

Satu tanggapan »

  1. ayanapunya berkata:

    Jiah, masih bersambung :d

  2. ayanapunya berkata:

    Jiah, masih bersambung :d

  3. nawhi berkata:

    ayanapunya said: Jiah, masih bersambung :d

    he he he emang masih panjang ceritanya 🙂

  4. edwinlives4ever berkata:

    I think I’ll wait until you complete the story.

  5. nawhi berkata:

    ayanapunya said: Jiah, masih bersambung :d

    komen dobel.

  6. ayanapunya berkata:

    nawhi said: komen dobel.

    maklum dari hape :Dpunyaku yang aleza itu mandek 😦

  7. nawhi berkata:

    edwinlives4ever said: I think I’ll wait until you complete the story.

    minta doanya agar saya bisa merampungkannya.ada referensi buku mungkin Mas?

  8. nawhi berkata:

    ayanapunya said: maklum dari hape :Dpunyaku yang aleza itu mandek 😦

    iya, dimaklumi. #salahkan operator :Dtapi kamu kemarin udah lanjut duluan kan? yuk semangat!!

  9. tintin1868 berkata:

    tanggung deh ga ada kelanjutan.. terus dirawat terus gimana..

  10. edwinlives4ever berkata:

    nawhi said: ada referensi buku mungkin Mas?

    I sent you two files to your plasa.com e-mail address. They might be useful.

  11. anchaanwar berkata:

    Iya, saya jg nunggu sampai selesai dulu deh.Mentok nanggung gini bikin kepo :))Btw, gw kok punya bayangan sndiri ttg pengembangan ceritanya ya?!

  12. nawhi berkata:

    tintin1868 said: terus dirawat terus gimana..

    Insya Allah Mbak, doain ya.

  13. nawhi berkata:

    edwinlives4ever said: I sent you two files to your plasa.com e-mail address. They might be useful.

    wah email di plasa lama ga saya tengok Mas.moga masih diakui sama plasa, kalo ga bisa maukah sampeyan mengirimkannya lagi ke ihwand@gmail.com? :)maturnuwun.

  14. nawhi berkata:

    anchaanwar said: Iya, saya jg nunggu sampai selesai dulu deh.Mentok nanggung gini bikin kepo :))Btw, gw kok punya bayangan sndiri ttg pengembangan ceritanya ya?!

    doain aku bisa punya banyak imajinasi n waktu Cha u menyelesaikannya.semoga kamu kepo terus Cha :))oh yaa, pas di bagian ini apa kelanjutannya?

  15. anchaanwar berkata:

    nawhi said: oh yaa, pas di bagian ini apa kelanjutannya?

    Gantian lo yg Kepo skrg :))

  16. edwinlives4ever berkata:

    nawhi said: ke ihwand@gmail.com

    Done. Read also this http://edwinlives4ever.multiply.com/video/item/585/COMICS-The-Myths-of-Cthulhu and this http://edwinlives4ever.multiply.com/video/item/273/Comic-Creatures-Of-The-Night for comparisons; you might get some new ideas from those books. Remember, Lovecraft was one of the most influential modern horror writers who was the inspiration to Stephen King and Neil Gaiman.

  17. nawhi berkata:

    anchaanwar said: Gantian lo yg Kepo skrg :))

    Kepeett :))

  18. nawhi berkata:

    edwinlives4ever said: Done. Read also this http://edwinlives4ever.multiply.com/video/item/585/COMICS-The-Myths-of-Cthulhu and this http://edwinlives4ever.multiply.com/video/item/273/Comic-Creatures-Of-The-Night for comparisons; you might get some new ideas from those books. Remember, Lovecraft was one of the most influential modern horror writers who was the inspiration to Stephen King and Neil Gaiman.

    Thank you Mas.Oh ceritanya horor? sebenarnya saya juga masih meraba-raba cerita ini lebih pas dibawa kemana?fantasi yang indah atau horor, tapi kalo melihat basic yang saya ambil yaitu tentang anak sukerta, kayaknya emang cenderung ke horor :))

  19. jampang berkata:

    wah…. jadi panjang ceritanya

  20. edwinlives4ever berkata:

    nawhi said: kayaknya emang cenderung ke horor

    That’s what I thought. You can make it a subtle one, but please don’t turn it into something like the stupid and campy Twilight series.

  21. edwinlives4ever berkata:

    nawhi said: fantasi yang indah atau horor

    You can combine both elements, you know. Remember, even Peter Pan has been reinterpreted as a vampire at least once.

  22. nawhi berkata:

    jampang said: wah…. jadi panjang ceritanya

    aamiin, rencananya gitu Mas.

  23. rhehanluvly berkata:

    ta kirain wes tamat mas

  24. nawhi berkata:

    rhehanluvly said: ta kirain wes tamat mas

    sorry Han :-)kalo ditamatin sekarang bisa-bisa ga kerja, ga ngurusin istri, ga makan-minum, ga tidur, ga ngempi 😀

  25. boemisayekti berkata:

    …nunggu dilanjutin. . .kalau dilanjut lanjut terus lama2 bisa jadi buku,keren!

  26. siantiek berkata:

    umm…….mo komen apa ya *binun*

  27. nawhi berkata:

    boemisayekti said: …nunggu dilanjutin. . .kalau dilanjut lanjut terus lama2 bisa jadi buku,keren!

    aamiin, emang tujuannya itu 🙂

  28. nawhi berkata:

    siantiek said: umm…….mo komen apa ya *binun*

    nah aku juga binun mau balas apa 😛

  29. siantiek berkata:

    nawhi said: nah aku juga binun mau balas apa 😛

    dr judulnya binun, siapa yg invalid ?

  30. nawhi berkata:

    siantiek said: dr judulnya binun, siapa yg invalid ?

    err si Fairus tapi itu masih tentatif judulnya.

  31. boemisayekti berkata:

    nawhi said: aamiin, emang tujuannya itu 🙂

    siiippp… semangattt… !!!

  32. itsmearni berkata:

    kok invalid sih?

  33. nawhi berkata:

    itsmearni said: kok invalid sih?

    emang kurang tepat judulnya Mbak 😀

Tinggalkan komentar