Beberapa waktu yang lalu saya dan beberapa teman dipanggil ke ruang Big Boss untuk membicarakan sesuatu yang penting.

Denger-denger sih mau ada penawaran kuliah untuk beberapa staff demi peningkatan SDM di tempat kerja saya. Jujur saya senang mendengarnya, di zaman yang makin mahal biaya pendidikannya ini, siapa sih yang nggak mau dikuliahin gretongan?? Tapi saya nggak mau kege-eran dulu, jadi tetep woles saja.

Ternyata memang benar, BigBoss memberikan penawaran untuk kuliah kepada 3 staff di jurusan pustakawan, mengingat jumlah pustakawan di tempat kerja saya masih kurang. Dua orang ditugaskan untuk kuliah S1 dan satunya tentu saja S2.

Untuk S2 sudah fix untuk karyawan senior, sedangkan S1 ditawarkan kepada 5 karyawan junior, termasuk saya. Satu orang bersedia karena dia sudah mempunyai ijzah D3 Perpustakaan sehingga tinggal transfer saja kuliahnya, cukup dua tahun. Satu orang dari bagian IT menolak karena jurusan pustakawan tidak sesuai dengan jobdesk yang dia kerjakan, satu orang menolak dengan alasan mau menikah. Tinggallah dua orang, saya dan seorang rekan di bagian TU. Big Boss memberikan waktu bagi kami berdua untuk mempertimbangkan siapa yang akan mengambil tawaran kuliah tersebut.

Kami berdua sebenarnya sudah mempunyai ijazah S1 yang kami dapatkan dengan cara kuliah dengan biaya sendiri. Sayangnya ijazah S1 kami tersebut tidak bisa diajukan untuk penyesuaian pendidikan dan golongan dikarenakan adanya aturan baru bahwa ijazah S1 yang diakui oleh instansi kami hanya yang berasal dari PTN.

Teman saya mempunyai ijzah S1 Ekonomi, sudah sesuai dengan jobdesknya di bagian TU. Sedangkan saya S1 Administrasi, sebenarnya cocoknya ditempatin di TU juga namun garis nasib mengharuskan saya bekerja di bagian sirkulasi. Never mind, malah saya menikmatinya kok. Dengan jobdesk saya yang termasuk dalam ruang lingkup pustakawan maka penawaran kuliah jurusan pustakawan ini tentu paling cocok untuk saya.

Namun ada beberapa hal yang membuat saya berpikir ulang untuk mengambil tawaran kuliah tahun ini, antara lain:

  1. Kesiapan diri. Saya baru saja lulus S1 tahun kemarin, untuk melanjutkan ke S2 masih belum masuk dalam skala prioritas saya. Saya butuh rehat setahun atau tiga tahun baru nanti memikirkan untuk mengajukan beasiswa S2 ke kantor. Lha ini kok malah dapat tawaran kuliah S1. Sayang sekali jika ijazah yang sudah saya miliki itu ‘terbuang’ begitu saja. Rasanya berat membayangkan saya harus belajar lagi selama 4 tahun, apalagi nanti saya harus bersaing dengan anak-anak yang baru lulus SMA, which is otaknya masih fresh dan semangat buat kuliah sedang on fire.
  2. Tempat Kuliah. Atasan memberikan pilihan untuk kuliah S1 di Undip, Semarang atau UI, Jakarta agar bisa mendapatkan wawasan yang lebih luas dan bisa membandingan dengan staff lain yang sudah kuliah S1 Perpustakaan di universitas lain. Ini bener-bener sulit, padahal semula saya mengira tawaran kuliahnya itu di Unair, Surabaya.
  3. Keluarga. Aim masih berumur 15 bulan, lagi lucu-lucunya dan tentu membutuhkan kehadiran dan sosok saya secara fisically. Dulu saja saat Mama Aim ingin tinggal di Blitar bersama Aim saya menolaknya karena saya merasa tidak akan tahan LDR-an. Lha kok ini malah ditawari kuliah di Semarang atau Jakarta.

Alhamdulillah Bos Kecil bisa menerima alasan pertama saya dan akan menyampaikan ke Big Boss, beliau bilang untuk tahun ini bolehlah yang berangkat kuliah dua dulu. Tapi tahun depan jika ditawari lagi tidak boleh menolak lagi karena sudah diubah statusnya menjadi tugas belajar! Untuk alasan kedua sudah tidak bisa ditawar, kuliahnya harus pilih di dua kota tersebut. Lalu untuk alasan ketiga saya langsung di-SkakMat: “Kalau menuruti semua alasan-alasan itu nggak akan ada yang berangkat kuliah. Masalah anak, saya dulu tugas belajar S1 dalam keadaan hamil tua sampai melahirkan. Selama 4 tahun saya kuliah sambil mengasuh anak pertama saya. Pun, saaat hamil kedua saya dapat tugas belajar lagi. Semuanya memang harus berkorban Wan.”

Errr…saya nggak bisa ngomong apa-apa lagi deh.

Untuk saat ini saya masih bisa bernafas lega, tetapi nggak tahu deh tahun depan jika penawaran itu datang lagi dan statusnya berubah menjadi tugas belajar.

Kalau boleh memilih sih, saya inginnya kuliah S2 saja agar waktunya singkat dan saya bisa memilih yang lokasinya lebih dekat. Tapi kendalanya di status ijazah S1 saya yang dari PTS itu. Semoga saja ada keajaiban untuk saya tahun depan, aamiin.

 

About Mr. Moz

Berjiwa muda dan semangat dalam berkarya

Satu tanggapan »

  1. Anisa AE berkata:

    Jadi pingin kuliah gratis juga ….

  2. anchaanwar berkata:

    Gw sih selalu berpikiran, yg namanya pendidikan ga ada ruginya. Hanya saja hrsnya manajemen kantormu mempertimbangkan titel S1 yg sdh kamu dpt dgn susah payah. Kalo mmg tujuannya ingin meningkatkan SDM, kenapa ga ngasih beasiswa S2 saja sekalian?

    Bright side of ur case, ga semua org dpt tawaran seperti ini, wiciz lo diperhitungkan, dinoticed oleh bos.

    Dan sekedar sharing aja, LDR itu beerrraaat banget. Apalagi sdh ada anak yg selalu bikin kangen pengen dipeluk cium.

    Well, decision is urs. Positif negatif pasti ada wan. Think wisely dan jgn lupa berdoa utk dikasih yg terbaik. Semangat!

  3. Widodo Wirawan berkata:

    Nanti aja kuliahnya mas, minta yang luar negeri sekalian, hehe… hati hati juga dengan posisi kerjaan sekarang, sekolah bisa jadi bentuk menyingkirkan staf, hehe…

  4. ayanapunya berkata:

    moga nanti bisa dapat kesempatan lagi ya, mas Ihwan

  5. anotherorion berkata:

    wah aturan harus ijazah dari PTN kuwi sakjane mengebiri banyak staff lho wan, soale gak semua staff berasal dari PTN

Tinggalkan komentar