[Mozaik Ibu] Kemajuan

Dua minggu sudah Ibu pulang dari rumah sakit, Alhamdulillah sudah banyak kemajuan yang dialami Ibu. Terimakasih atas doa dari teman-teman sekalian yang tiada henti selama ini.

Merawat di rumah tentunya jauh lebih mudah daripada di rumah sakit. Tidak perlu lagi tiap hari PP ke rumah sakit, maupun tidur di lantai rumah sakit yang dingin dengan auranya yang bikin ikutan sakit juga itu. Dulu tiap kali pulang kerja dan mendapati rumah dalam keadaan kosong karena semua lagi di rumah sakit rasanya nelangsa, rumah yang biasanya ramai jadi sepi senyap. Rumah kami seperti kehilangan aura dan kehangatannya.

Tapi kini, semenjak Ibu pulang rumah kami kembali hidup. Setiap hari Kakak-kakak yang sudah tinggal sendiri, paman bibi, sepupu dan keponakan selalu main ke rumah untuk menunggu Ibu secara bergiliran. Saya sendiri merasakan energi dan semangat lagi setiap kali berangkat kerja.

Untuk perawatan di rumah, dokter sudah memberikan obat selama sepuluh hari. Jumlah obat yang diminum ada empat jenis. Awal-awalnya sih Ibu merasa takut karena tiap hari harus meminum obat sebanyak itu, untungnya setelah saya jelaskan bahwa itu semua demi kesembuhannya, beliau mau mengerti dan tidak takut lagi.
Jika di rumah sakit untuk perawatan harian seperti menyeka Ibu di pagi hari lebih sering dilakukan oleh suster perawat, maka di rumah kami anak-anaknyalah yang melakukannya, Bibi saya juga ikutan membantu. Bagi saya pribadi untuk menyeka atau memandikan Ibu tidak masalah, Alhamdulilah seiring berjalannya waktu saya bisa melakukannya dengan baik, meski sendirian. Untuk pagi hari saya yang melakukannya karena kakak saya berangkat kerjanya sesudah shubuh, sedangkan sore harinya giliran dia atau anggota keluarga yang lain.

Yang sempat menjadi kendala adalah untuk urusan buang hajat, mengingat Ibu belum bisa melakukannya sendiri. Kalau di rumah sakit lebih mudah karena Ibu memakai kateter, maka di rumah kami harus mencari alat yang bisa digunakan dengan praktis tapi tetap bersih. Sudah rahasia umum ketika merawat orang sakit yang tidak bisa melakukan apa-apa, salah satu hal yang bisa menjadi masalah adalah keperluan buang hajat. Sebagai manusia normal pasti adalah rasa jijik jika harus bersentuhan dengan kotoran, namun karena yang dirawat ini adalah orang tua sendiri maka rasa jijik itu harus disingkirkan. Untunglah Ivon memberikan solusi cerdas untuk masalah buang hajat ini. Saya sendiri tidak kepikiran sampai di situ. Solusi yang diberikan itu adalah dengan membuatkan alat buang hajat sendiri yang terbuat dari kaleng cat bekas berukuran besar.

Cara membuatnya adalah, tutup kaleng dilubangi untuk tempat keluar-masuk kotoran. Untuk menetralisir bau yang kurang sedap maka di dalam kalengnya diberi air. Penggunaannya sangat mudah sekali, orang yang sakit tinggal disuruh menduduki kaleng tersebut, beres deh. Tidak perlu sampai susah dan kotor seperti menggunakan pispot.

Dan Alhamdulillah Ibu nyaman menggunakan alat buatan sendiri tersebut. Makasih ya Dek atas sarannya, dua jempol buat sampeyan.

Kemampuan berbicara Ibu sedikit demi sedikit mulai bertambah, beliau sudah bisa berbicara di atas lima kata meski kadang masih ada satu dua kata yang tidak kami mengerti. Ibu memang agak malas sih untuk berlatih berbicara, terutama jika saya ajak latihan melafalkan huruf-huruf vocal, katanya seperti anak TK saja. Ya sudah nggak apa-apa, semoga dengan seringnya diajak ngobrol Ibu bisa lancar kembali ngomongnya.

Lalu untuk tubuh yang terkena dampak stroke, yaitu tangan kanan, sempat membuat Ibu sedih karena tidak kunjung bisa digerakkan. Apalagi ternyata kaki kanan Ibu ikut-ikutan agak susah untuk dibuat melangkah. Saya tiap pagi dan pulang kerja biasanya selalu mengajak Ibu melatih tangannya tersebut. Alhamdulillah pelan tapi pasti Ibu sudah bisa menggerakkan tangannya meski masih suka nyasar. Bahkan sejak tiga hari yang lalu beliau sudah bisa meremas-remas bola karet dan mengepal meski belum maksimal. Kemarin saya memanggilkan tukang pijat urat untuk membantu proses pengobatan, Alhamdullilah ada hasilnya. Jari-jemari Ibu sudah tidak sakit dan kaku lagi jika dipakai untuk mengepal.

Selain masalah fisik, yang juga harus kami jaga adalah masalah emosi Ibu. Ketika masih sehat Ibu memang orangnya agak kaku dan sedikit emosional, nah kami harus bisa menjaga perasaan Ibu agar jangan sampai sedih ataupun marah. Teman saya yang mempunyai ayah penderita stroke karena hipertensi pernah sharing bahwa merawat orang seperti itu memang harus extra sabar, setiap keinginannya kudu dituruti agar tidak sampai emosi. Kami sendiri untuk setiap keinginan Ibu yang tidak membahayakan kesehatannya akan kami penuhi, namun jika sebaliknya akan kami beri pengertian. Terkadang memang sikap dan keinginan Ibu suka berubah-ubah, layaknya anak kecil. Kalau sudah seperti itu saya hanya bisa memaklumi bahwa saya pas kecil dulu pasti juga seperti itu pada Ibu

Demikianlah sedikit cerita saya tentang proses kesembuhan Ibu, sekali lagi terimakasih atas doa teman-teman selama ini. Mohon maaf jika bagian yang membahas masalah buang hajat kurang berkenan. Nggak ada maksud jorok, saya hanya pengin memberi informasi, siapa tahu berguna.