Mariana berjalan menyusuri gazebo perpustakaan dengan langkah tergesa-gesa. Hari ini adalah hari pertama gadis berambut ikal itu bekerja di perpustakaan. Namun karena tadi malam asyik ber-twitter-ria hingga dini hari, Mariana bangun kesiangan di pagi harinya. Sungguh suatu kesialan di hari pertamanya bekerja, dia hanya bisa berharap semoga perpustakaan belum buka agar dia tidak terlambat datang. Mariana melihat HP yang berada di genggaman tangannya, mengecek ada atau tidak komentar pada twit yang ditulisnya sebelum berangkat dari rumah tadi. Mariana tersenyum-senyum sendiri membaca komentar dari para followernya.

Sebenarnya jika boleh memilih, Mariana tidak mau bekerja di tempat yang sejak dari bangku sekolah tidak termasuk dalam daftar tempat favoritnya tersebut. Bahkan di bangku kuliah saja, frekuensi kunjungannya ke perpustakaan bisa dihitung dengan jari. Baru menjelang akhir study-nya saja dia bela-belain rajin ke perpustakaan demi mencari referensi atau lebih tepatnya contekan skripsi. Siapa yang menyangka, sekarang Mariana malah ditempatkan oleh Bagian Kepegawaian di perpustakaan. Huh, sebal rasanya Mariana jika mengingat-ingat hari dimana dia menerima SK penempatan itu. Bagaimana tidak sebal, saat melamar sebagai pegawai di kampus tempat dia menimba ilmu selama enam tahun itu, Mariana melamar di Kantor Pusat. Namun kenyataan berkata lain, dia malah ditempatkan di tempat yang menjadi gudang buku tersebut.

Mariana tahu, dia harusnya tetap bersyukur, karena dia berhasil menyisihkan ratusan pelamar lainnya. Apalagi ini adalah keberhasilannya yang pertama, setelah sekian kali melamar dan mengikuti serangkaian tes namun tidak pernah lolos. Aah ya udahlah, buat batu loncatan aja, ucap Mariana menyemangati dirinya sendiri. Lagipula dia sudah jenuh berada di rumah terus tanpa melakukan sesuatu yang berguna. Apalagi melihat ibunya yang kian hari kian menua namun masih harus menanggung beban berat menyekolahkan dua adik Mariana yang masih duduk di bangku SMP dan SMA. Uang pensiunan mendiang ayahnya tidak cukup untuk menopang kehidupan mereka berempat sehingga ibunya mau tidak mau harus kembali lagi ke dunia kerja yang dulu ditinggalkannya begitu menjadi ibu rumah tangga. Ketika Mariana dinyatakan lolos tes, ibunyalah orang yang paling berbahagia mendengar berita gembira tersebut. Status sebagai keluarga PNS akhirnya ada yang meneruskan. Meski status Mariana saat ini baru sebagai pegawai honorer namun hal itu tak mengurangi kebahagiaan wanita yang begitu memuja status PNS itu. Beban berat yang dia pikul sendirian selama ini terasa lebih ringan begitu putri pertamanya itu mendapatkan pekerjaan.

“Selamat pagi, saya mau tanya, ruang TU di sebelah mana ya?” Tanya Mariana kepada seorang lelaki muda yang bertugas di bagian loker.
“Ada keperluan apa, kalau boleh tahu Mbak?” tanya lelaki dengan potongan rambut mohawk tersebut.
“Saya baru lolos tes penerimaan pegawai honorer yang bulan lalu, trus sekarang ditempatkan di sini.”
“Oh, Mbak silahkan masuk lewat situ, jalan lurus aja, lalu masuk di ruangan paling pojok.”
“Oke, terimakasih ya.”

Mariana berjalan melewati pintu keluar perpustakaan yang dilengkapi dengan sensor untuk mendeteksi buku yang dibawa oleh para pengunjung perpustakaan. Mariana melihat sekilas jam dinding yang tergantung di tengah ruangan, lima belas menit sudah dia terlambat dari jam yang ditertera di surat penempatannya.

***


Baru satu jam Mariana duduk di depan meja, namun rasanya sudah seharian dia berada di ruangan yang dipenuhi dengan rak berisi buku-buku tebal ini. Sedari tadi pekerjaannya hanya duduk mengawasi para pengunjung yang keluar masuk ke ruang referensi, begitu monotonnya hingga Mariana merasa tak beda jauh dengan patung selamat datang di pintu gerbang yang selalu setia menyambut para tamu yang datang. Ruang referensi berisi buku-buku yang tidak boleh dipinjam oleh para pengunjung perpustakaan, seperti buku ensiklopedia, kamus-kamus dan buku sejenisnya yang sama sekali tidak menarik bagi Mariana. Yang menarik bagi Mariana adalah informasi seputar trend fashion terbaru saat ini dan gossip panas selebriti dalam dan luar negeri , yang tentu saja tidak akan dia temukan di situ.

“Permisi Mbak, kalau buku ini carinya di mana ya?” tanya seorang ibu-ibu separuh baya mengagetkan Mariana yang sedang asyik dengan HP-nya.
“Buku apa ya Bu…”
“Ini, dari tadi saya cari-cari kok nggak ketemu ya..” ucap wanita yang sebagian rambutnya sudah beruban itu seraya menyodorkan selembar kertas yang bertuliskan data-data buku. Air mukanya nampak sudah putus asa karena sedari tadi tak berhasil menemukan buku yang dicarinya.

Mariana mengernyitkan dahi demi melihat deret tulisan berupa gabungan antara huruf dan angka itu. Dulu dia paling ogah jika harus mencari buku di antara deretan buku yang tertata rapi di rak, baru mencari sebaris saja dia sudah menyerah duluan dan meminta tolong kepada temannya untuk mencarikan. Sekarang dia malah ditanyain oleh wanita tua yang menurut Mariana sudah bukan waktunya lagi berada di kampus, seharusnya dia berada di rumah mengasuh cucunya atau di panti jompo bersama teman-teman yang seusianya.

“Uhm…maaf Bu, saya tidak tahu…” jawab Mariana tersenyum kecut.
“Lho bagaimana sih Mbak, Mbak itu kan pegawai perpus kok bisa bilang nggak tahu, pegawai perpus macam apa Mbak ini?” Tanpa diduga Mariana, wanita tua itu langsung menyemprotnya dengan nada sedikit emosi.
“Masalahnya saya masih baru di sini Bu…” Mariana berusaha membela diri.
“Saya tidak mau tahu Mbak, saya sudah bayar mahal-mahal untuk bisa masuk sini, harusnya saya dilayani dengan professional dong, bukannya dengan jawaban: maaf, saya tidak tahu…!!”

Semua pengunjung di ruang referensi yang sedari tadi duduk tenang membaca buku langsung menoleh dan memperhatikan dua wanita berbeda usia yang kini sedang terlibat perdebatan tak seimbang tersebut.
Wajah Mariana nampak pias, dia tak mampu berkata apa-apa menerima kemarahan dari Ibu Endang, yang memang terkenal di antara pegawai perpustakaan sebagai pengunjung paling cerewet tersebut. Setiap kali dia berkunjung ke perpustakaan, ada saja yang dia keluhkan, terutama jika dia mengalami kesulitan menemukan buku yang dia butuhkan. Bahkan dia tak segan-segan langsung melayangkan keluhannya kepada kepala perpustakaan. Entah dosa apa yang telah diperbuat Mariana pagi tadi di rumah sehingga di hari pertamanya bekerja dia sudah dihadapkan dengan pengunjung killer seperti Ibu Endang.

Apakah Mariana bisa menemukan buku yang dibutuhkan oleh Ibu Endang? Sanggupkah dia bertahan bekerja di tempat yang sebenarnya tidak dia sukai itu. Nantikan jawabannya di episode selanjutnya

About Mr. Moz

Berjiwa muda dan semangat dalam berkarya

Satu tanggapan »

  1. fajarembun berkata:

    eh..kok tiba-tiba keingat nama dosen waktu kuliah dulu..hahaaa…

  2. pennygata berkata:

    ealah bersambung… 😀

  3. nawhi berkata:

    fajarembun said: eh..kok tiba-tiba keingat nama dosen waktu kuliah dulu..hahaaa…

    nama siapa yang ngingetin? Mariana apa Endang? hmm pasti Ibu Dosen favorit tuuh 😉

  4. nawhi berkata:

    pennygata said: ealah bersambung… 😀

    rencananya emang mau aku bikin serial gitu Mbak

  5. nawhi berkata:

    komennya jangan standart aja dong, kasih masukan n kritikan ga apa-apa.

  6. trewelu berkata:

    kalo dosenku dulu pak endang, bukan bu endang. Mariana kayak nama temen.. *maap ye kalo oot dan gak mutu hehe*

  7. ibuseno berkata:

    Mariana sebelum mulai kerja gak ditraining dulu ya.. kok begitu sih menghadapi pelanggan? Payah nih.. -teman bu endang-

  8. jampang berkata:

    mariana…. kaya nama artis :-)di perpustakaan nggak komputer yg isinya katalog atau daftar buku yah

  9. masfathin berkata:

    Fiksi? Kupikir nyata 🙂 bagus Wan. 🙂

  10. sahabatry berkata:

    curiga curcol nih, hehehhe

  11. wayanlessy berkata:

    hmm..fiksi yg diangkat dari kisah nyata ini yah? *nunggu sambungannya*

  12. ivoniezahra berkata:

    Penggemar Renata neh 😛

  13. tintin1868 berkata:

    kog pake sambungan sih? janganjangan mariana itu ihwan dulunya ya?

  14. nawhi berkata:

    trewelu said: *maap ye kalo oot dan gak mutu hehe*

    dimaapkeun he3

  15. nawhi berkata:

    moestoain said: Jyah bersambung

    namanya serial yo bersambung Mus.

  16. nawhi berkata:

    ibuseno said: Mariana sebelum mulai kerja gak ditraining dulu ya.. kok begitu sih menghadapi pelanggan? Payah nih.. -teman bu endang-

    nantikan jawabannya di episode selanjutnya Teh he3

  17. nawhi berkata:

    jampang said: mariana…. kaya nama artis :-)di perpustakaan nggak komputer yg isinya katalog atau daftar buku yah

    namanya emang terinspirasi dari artis Mariana Renata.meskipun sudah komputerasi tetap saja pencarian bukunya manual Mas.

  18. nawhi berkata:

    masfathin said: Fiksi? Kupikir nyata 🙂 bagus Wan. 🙂

    Makasih Yan. kamu gimana nulisnya sekarang? masih kan.

  19. nawhi berkata:

    sahabatry said: curiga curcol nih, hehehhe

    kan curcolnya udah di Xero Ria, ini beda lagi.

  20. nawhi berkata:

    wayanlessy said: hmm..fiksi yg diangkat dari kisah nyata ini yah? *nunggu sambungannya*

    hanya setting tempatnya saja Mbak.

  21. nawhi berkata:

    ivoniezahra said: Penggemar Renata neh 😛

    you know me so well 😛

  22. nawhi berkata:

    tintin1868 said: kog pake sambungan sih? janganjangan mariana itu ihwan dulunya ya?

    kan serial Mbak.bukan Mbak, kalo saya mah dulu seneng banget dapet kerja di perpus.

  23. m4s0k3 berkata:

    Kebanyakan “sedari tadi”

  24. siantiek berkata:

    curcol berselimutkan fiksi ;)*nunggu sambungan*

  25. nawhi berkata:

    m4s0k3 said: Kebanyakan “sedari tadi”

    oh iya tha? :D*baca lagi*

  26. nawhi berkata:

    siantiek said: curcol berselimutkan fiksi ;)*nunggu sambungan*

    aah sotoy neh :P*tunggu ya*

  27. debapirez berkata:

    oh…cerita toh. ta’ pikir gebetan baru xixixixi…..

  28. nawhi berkata:

    debapirez said: oh…cerita toh. ta’ pikir gebetan baru xixixixi…..

    pasti tadi udah mau minta dikenalin sama Mariana 😛

  29. debapirez berkata:

    nawhi said: pasti tadi udah mau minta dikenalin sama Mariana 😛

    maunya sm Ivone aja hehe…

  30. sahabatry berkata:

    nawhi said: kan curcolnya udah di Xero Ria, ini beda lagi.

    hahhahha…..

Tinggalkan Balasan ke nawhi Batalkan balasan