[Babe] Pria Paling Sabar Sedunia

Jika ditanya siapa orang dalam hidup saya yang paling sabar maka jawaban saya sudah pasti hanya satu yaitu Bapak. Sepanjang ingatan saya tidak pernah sekalipun saya melihat bapak marah, entah itu kepada ibu atau anak-anaknya. Meski ibu memarahi beliau, sama sekali tak ada gurat kekesalan di wajahnya. Pun ketika kami anak-anaknya ini nakal tak pernah kami ini dimarahi.
Saya masih ingat kejadian ketika kami sekeluarga pergi ke Pasar Besar Malang untuk membeli seragam pramuka baru buat saya. Waktu itu entah karena tidak suka dengan modelnya atau apa, saya ngambek berat pada bapak. Tapi bapak dengan sabar menghibur saya agar nggak marah lagi. Harusnya bapak berhak marah karena saya sebagai anak rasanya nggak tahu diri, udah tahu kondisi ekonomi kami kurang mampu tapi kok minta seragam aja yang neko-neko. Maafkan anakmu ini Pak, semoga anak saya kelak nggak kayak gitu.

Kebersamaan kami dengan bapak memang tidak seintens keluarga-keluarga lainnya karena bapak harus bekerja di luar kota, yaitu Surabaya. Tiap dua minggu atau sebulan sekali bapak pulang ke Malang atau kalau tidak begitu ibu yang menyusul ke sana. Jika bapak pulang, beliau tidak pernah lupa membawakan kami oleh-oleh, yang paling sering itu majalah anak-anak. Meski bekas namun kondisinya masih bagus dan buat kami majalah itu menjadi media hiburan sekaligus untuk belajar tentang ilmu yang tidak kami dapatkan di sekolah. Apalagi buat saya yang suka membaca, kalau kata Syahrini, majalah-majalah itu sesuatu banget gitu looh. Terimakasih tiada terkira buat bapak yang telah memupuk minat membaca saya.
Selain membawa oleh-oleh berupa majalah, bapak juga biasanya selalu mengajak saya pergi makan sate berdua. Maklum saya kan emang anak bungsu jadi yang paling disayang gitu deh. Itulah sebabnya kenapa saya suka sekali makan sate sampai sekarang.

Sebagai manusia bapak juga mempunyai kekurangan dan kesalahan. Ada yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri, ada juga yang saya dengar dari ibu ataupun keluarga saya yang lain. Saya tahu baik ibu atau keluarga bercerita tentang kekurangan bapak bukan bermaksud menjelek-jelekkan beliau namun agar saya bisa mengambil hikmah dan tidak melakukan kesalahan yang sama. Bagi saya, apapun kekurangan dan kesalahan yang pernah diperbuatnya, beliau tetaplah bapak saya. Saya tetap bangga dengan beliau.

Moment tersedih tentang bapak adalah saat kepergian beliau yang mendadak, tepat sehari sebelum saya masuk ke kelas dua SMA. Tak ada firasat apapun, tahu-tahu sepupu saya datang ke Malang membawa kabar duka tersebut. Sebelumnya memang bapak mengeluh sakit pada ibu ketika terakhir kali bertemu, namun hanya sakit kepala biasa. Menurut cerita keluarga di Surabaya bapak terkena angin duduk. Yang paling saya sesalkan adalah kami tak bisa mendampingi di saat-saat terakhir bapak. Tak terbayangkan rasanya ketika harus menghadap Sang Kuasa dalam keadaan jauh dari keluarga tercinta.

Ada satu lagu yang menyentuh hati dan membuat saya menitikkan air mata karena lagu itu mewakili kerinduan saya selama ini pada bapak. Yaitu lagunya Indra Lesmana yang sudah populer sekali yaitu, Ayah.

Dimana akan kucari
Aku menangis seorang diri
Hatiku selalu ingin bertemu
Untukmu aku bernyanyi

Untuk Ayah tercinta
Aku ingin bernyanyi
Walau air mata dipipiku
Ayah dengarkanlah
Aku ingin berjumpa
Walau hanya dalam mimpi

Lihatlah hari berganti
Namun tiada seindah dulu
Datanglah aku ingin bertemu
Denganmu aku bernyanyi

Foto bapak ketika menikah

Kalau dari segi wajah saya memang lebih mirip sama ibu daripada bapak, terutama hidungnya.Tapi untuk kumis, jenggot dan badan yang tertinggi di antara semua saudara ini menurun dari bapak. Untuk sifat-sifat, banyak yang bilang saya mewarisi pembawaan bapak yang kalem dan sifat sabarnya. Tapi kelak jika saya punya anak, saya tidak mau terlalu sabar seperti beliau. Jika memang anak nakal ya harus ditegur atau dimarahin biar tidak ndableg, intinya harus seimbang dan sesuai porsinya. Maklum saya kan Libran sejati.

Bapak…maafkan segala kesalahan, kenakalan dan kemanjaan saya dulu. Maafkan karena saya tidak bisa membalas semua yang telah Bapak berikan pada saya. Andai Bapak masih ada, saya pasti akan mengajak bapak makan sate seperti saat saya masih kecil dulu. Bapak…semoga engkau selalu tenang dan bahagia di alam baka sana. Semoga Allah kembali mengumpulkan kita sekeluarga di surga-Nya di akhirat kelak, aamiin.

Diikutkan dalam lomba-nya Mbak Tintin di sini.